Selamat Datang di Blog SD Integral Al-Furqan Hidayatullah Mamuju Sulawesi Barat

Cari Blog Ini

Minggu, 15 Mei 2011

Hormati Remaja Layaknya Pribadi Utuh

Menginjak usia remaja awal, keberadaan anak sering kali membuat orang tua khawatir. Maklum periode ini adalah masa transisi cepat pada metamorfosis dalam hidup. Anak-anak umumnya berkaca pada ajaran yang diberikan pada orang tua, tapi di usia remaja yang terjadi bisa jauh berbeda. Ini adalah saat bagi orang tua mulai menganggap anak laiknya individu beserta hak-haknya yang melekat.

Perbedaan anak dengan orang tua tak sekedar perlu ditoleransi malahan perlu didorong. Kepedulian besar orang tua akan mempengaruhi perilaku anak-anak remaja hingga kedepan nanti.

Perubahan

Usia remaja adalah masa yang memiliki keunikan sendiri. Ini bukanlah periode pembentukan akurasi pada seorang individu. Tahap ini bisa dimulai bahkan pada usia 7 atau bahkan 6 tahun. Tapi pada umumnya masa ini dimulai saat di usia 13 tahun.

Tahap ini bukan hanya ditandai perubahan emosi tapi juga fisik, termasuk alat-alat reproduksi. Jelas, perubahan tersebut adalah alami bagi siklus manusia. Sebagai anak lelaki dan perempuan, tumbuh dengan cara berbeda, ayah dan ibu harus lah benar-benar memegang tanggung jawab mengarahkan dan membantu anak-anak bila muncul kebingungan yang kerap menemani saat proses perubahan berlangsung.

Privasi

Seorang anak remaja tiba-tiba menjadi sangat peduli dan ingin tahu terhadap dirinya terutama tubuhnya. Itulah mengapa mereka membutuhkan ruang dan waktu pribadi untuk berefleksi. Jika orang tua dapat memenuhi kebutuhan ini, sediakan kamar terpisah untuk anak. Namun bila tidak mulai pisahkan kamar tidur anak lelaki dengan anak perempuan. Adab Islam mengajarkan untuk mengetuk pintu sebelum memasuki ruangan harus segera diajarkan dengan disiplin pada tahap ini.

Setiap anak berbeda.

Tidak semua anak tumbuh dengan cara sama. Beberapa melalui masa kanak-kanak dengan damai, dalam tahapan mulus, sementara yang lain melewati penuh masa sulit. Orang tua tidak seharusnya bereaksi berlebihan dengan anak yang memiliki masa sulit dalam tahap remajanya.

Setiap perubahan dramatis dalam kehidupan di setiap tingkatan usia ialah sulit, dan harus disikapi dengan sesuai. Lagi pula itu adalah pengalaman hidup, dan orang tak mampu mengubah hidupnya ke bentuk lain. Orang tua berpengalaman dan perhatian sudah seharusnya menyadari jika mereka ialah cara positif paling ampuh untuk mendidik anak. Kebijakan penghargaan dan sanksi yang terbuka jika diterapkan dalam konteks tepat dengan ketulusan dan kejujuran, mampu membawa anak ke arah lebih baik. Tidak ada aturan pasti dalam urusan keluarga. Bagaimanapun ada beberapa panduan yang terbukti membuahkan hasil dalam menghadapi remaja.

* Bagi peran pembuat keputusan: Remaja kerap mengeluarkan ide cemerlang. Di saat yang sama, memasukkan mereka dalam proses pembuatan keputusan akan membantu menumbuhkan rasa percaya diri dan perasaan dihargai, sekaligus membuat mereka menjadi bagian dari keputusan itu.

* Jaga konsistensi : Orang tua tak seharusya menuruti mood gampang berubah. Itu akan membuat remaja semakin bingung, atau lebih membahayakan, akan dianggap hal biasa dalam hubungan orang tua terhadap anak, dan mereka pun meniru. * Miliki prinsip tegas : Pendidikan yang berhasil membentuk remaja bergantung pada lingkungan keluarga yang menawarkan kebebasan dan kelenturan. Bagaimanapun, kehidupan muslim dipandu oleh prinsip dan nilai-nilai mendasar Islam. Jangan lepaskan nilai-nilai itu.

* Berbicara dan Jelaskan : Orang tua jangan bersikap bossy, terutama dengan remaja. Jika perlu, orang tua malah seharusnya melakukan kerja ekstra untuk berbicara dan menjelaskan segala sesuatu. Jika anak merasa didorong telalu keras akan timbul jarak dengan orang tua. Itu hanya akan menambah buruk hubungan di masa depan.

* Negosiasi dan menawar : Kemungkinan ada situasi dimana orang tua harus bernegosiasi dengan anak mereka untuk hasil lebih baik. Hanya karena orang tua adalah orang tua, tidak berarti mereka selalu benar.

* Beri anak ruang: Remaja kerap kali membutuhkan ruang untuk mengatasi kemarahan, depresi, dan frustasi. Orang tua tidak harus selalu mengganggu mereka dan justru membiarkan mereka sendiri untuk beberapa saat.

* Buat acara keluarga berkala: Perasaan loyal dan dekat terhadap keluarga sangat penting. Itu akan meningkatkan kepedulian anak bila mereka terlibat penuh dalam urusan keluarga. Acara keluarga menciptakan kesempatan melakukan diskusi bebas atau topik apapun di bawah matahari. Penyatuan keluarga akan mudah terbentuk lewat cara ini.

* Libatkan anak dalam aktivitas Islami: Banyak kegiatan Islami di luar seperti kelompok pengajian, dan remaja masjid. Remaja harus didorong untuk aktif terlibat dalam organisasi semacam itu. Ini adalah salah satu cara orang tua mendidik anak untuk seimbang antara kehidupan dan tanggung jawab di dalam keluarga, diri sendiri, masyarakat sosial sekaligus kegiatan keagamaan.

* Jangan lupa rekreasi: Islam tak hanya mengajarkan bekerja keras tetapi juga menjaga hati tetap tenang, salah satunya dengan rekreasi. Rasul s.a.w pun menganjurkan untuk berekreasi, (diriwayatkan Sunan al Diyami) “Hiburlah hati, karena jika hati terlampau lelah, orang pun akan buta,” Berkuda, panahan, dan berenang dulu pun menjadi kegemaran Rasul s.a.w. Tentu tak harus seperti itu, melakukan permainan menyenangkan, latihan olah tubuh sangat dianjurkan dalam Islam. Kebugaran tubuh dan mental sangat diperlukan untuk membentuk kepercayaan diri dan hal penting untuk melakukan kerja bermanfaat.

Namun di atas itu semua mintalah selalu petunjuk dan pertolongan Allah semata. Dalam Al Qur’an pun telah dituturkan, bahkan sekelas Nabi Nuh a.s tak mampu mencegah anaknya dari perbuatan durhaka. Memberi dukungan dan panduan tak putus-putus pada anak adalah esensi utama orang tua yang beriman.

Sumber: ummah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar